Sering sekali saya mendengar orang-orang memperbincangkan tentang penampilan seorang perempuan setelah dia menikah. Banyak juga para suami yang mengeluh tentang menurunnya kualitas penampilan luar isterinya setelah mereka menikah (baik baru menikah maupun yang sudah cukup lama).
Cuman pake daster, rambut dikuncir asal, ga pernah dandan, ga wangi, pokoke kucel… Btw, memang mudah kita menilai sepintas mengenai penampilan perempuan bersuami yang sepintas memang kurang sedap dipandang suami. Tetapi kita tidak bisa dengan serta-merta menjustifikasi bahwa dia gak mau “nyenengin suami”. Tunggu dulu, sebelum kita berkesimpulan seperti itu, kita perlu mengetahui apa alasan sang isteri kurang memperhatikan penampilannya. Meskipun saya belum menjadi seorang isteri, tetapi berdasarkan riset sederhana, menurut saya ada beberapa faktor yang mungkin menjadi sebab, beberapa diantaranya:
Mereka tidak memiliki pembantu rumah tangga, jadi semua pekerjaan rumah dia kerjakan sendiri, walhasil dari segi waktu dia tidak mempunyai cukup waktu untuk merawat diri dan memperhatikan penampilannya.
Penampilan fisik tidak diprioritaskan (tidak terlalu penting) oleh sang isteri.
Penghasilan rumah tangga yang pas-pasan, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer dan biaya operasional rumah tangga sehingga tidak ada alokasi dana untuk anggaran perawatan dan fashion, mending juga ditabung.
Sang suami yang tidak pernah secara terbuka dan dengan penuh kelembutan memberikan input kepada sang isteri mengenai penampilannya di rumah.
Sang suami juga tidak memperhatikan penampilannya sendiri, misal bau mulut, gigi menguning karena rokoknya, tidak menjaga kebersihan diri, minyak wangi yang dulu sering tercium di saat ngapel tidak lagi tercium sang isteri kini. Bisa jadi, hal ini yang juga mempengaruhi sang isteri untuk juga turut cuek dengan penampilannya.
Suami jarang bahkan tidak pernah sama sekali mengapresiasi penampilan dan performa sang isteri dalam hal apapun, sehingga tidak ada motivasi dari luar yang bisa menggerakkan sang isteri untuk lebih peduli akan dirinya sendiri.
dll (saya yakin kawan-kawan bisa menambahkan sendiri).
Sedikit terkesan ada bias gender di sini. Tetapi sebagai seorang perempuan, saya hanya bisa bersuara untuk sedikit menguraikan permasalahan yang tampak sepele tapi sebenarnya juga sangat penting bagi keharmonisan sebuah rumah tangga ini. Memang kualitas dan performa seorang perempuan yang dalam konteks ini seorang isteri, tidak hanya dilihat dari penampilan fisik atau outlooknya saja. Tetapi karena seorang suami yang notabene adalah seorang lelaki selain juga bisa terpikat oleh personality dan inner beauty dari isterinya, stimulus visual juga tidak bisa diremehkan karena justru hal ini yang memberi kesan pertama bagi seorang suami (lelaki).
Sebagai refleksi dari kesetaraan gender, saya ingin mengetengahkan bahwa, yang perlu menjaga penampilan, baik fisik (outlook) maupun inner beauty tidak hanya untuk para isteri saja. Para suami juga memiliki kewajiban yang sama dalam hal ini, menurut saya. Tidak hanya isteri yang harus “menyenangkan suami”, tetapi suami juga harus “menyenangkan isteri”.
“Siipp kan?”
(Foto narsis, berdaster, di rumah)