26 February 2009

Bagaimana Dengan Para Lelaki?


Sering sekali saya mendengar orang-orang memperbincangkan tentang penampilan seorang perempuan setelah dia menikah. Banyak juga para suami yang mengeluh tentang menurunnya kualitas penampilan luar isterinya setelah mereka menikah (baik baru menikah maupun yang sudah cukup lama).

Cuman pake daster, rambut dikuncir asal, ga pernah dandan, ga wangi, pokoke kucel… Btw, memang mudah kita menilai sepintas mengenai penampilan perempuan bersuami yang sepintas memang kurang sedap dipandang suami. Tetapi kita tidak bisa dengan serta-merta menjustifikasi bahwa dia gak mau “nyenengin suami”. Tunggu dulu, sebelum kita berkesimpulan seperti itu, kita perlu mengetahui apa alasan sang isteri kurang memperhatikan penampilannya. Meskipun saya belum menjadi seorang isteri, tetapi berdasarkan riset sederhana, menurut saya ada beberapa faktor yang mungkin menjadi sebab, beberapa diantaranya:

  1. Mereka tidak memiliki pembantu rumah tangga, jadi semua pekerjaan rumah dia kerjakan sendiri, walhasil dari segi waktu dia tidak mempunyai cukup waktu untuk merawat diri dan memperhatikan penampilannya.

  2. Penampilan fisik tidak diprioritaskan (tidak terlalu penting) oleh sang isteri.

  3. Penghasilan rumah tangga yang pas-pasan, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer dan biaya operasional rumah tangga sehingga tidak ada alokasi dana untuk anggaran perawatan dan fashion, mending juga ditabung.

  4. Sang suami yang tidak pernah secara terbuka dan dengan penuh kelembutan memberikan input kepada sang isteri mengenai penampilannya di rumah.

  5. Sang suami juga tidak memperhatikan penampilannya sendiri, misal bau mulut, gigi menguning karena rokoknya, tidak menjaga kebersihan diri, minyak wangi yang dulu sering tercium di saat ngapel tidak lagi tercium sang isteri kini. Bisa jadi, hal ini yang juga mempengaruhi sang isteri untuk juga turut cuek dengan penampilannya.

  6. Suami jarang bahkan tidak pernah sama sekali mengapresiasi penampilan dan performa sang isteri dalam hal apapun, sehingga tidak ada motivasi dari luar yang bisa menggerakkan sang isteri untuk lebih peduli akan dirinya sendiri.

  7. dll (saya yakin kawan-kawan bisa menambahkan sendiri).

Sedikit terkesan ada bias gender di sini. Tetapi sebagai seorang perempuan, saya hanya bisa bersuara untuk sedikit menguraikan permasalahan yang tampak sepele tapi sebenarnya juga sangat penting bagi keharmonisan sebuah rumah tangga ini. Memang kualitas dan performa seorang perempuan yang dalam konteks ini seorang isteri, tidak hanya dilihat dari penampilan fisik atau outlooknya saja. Tetapi karena seorang suami yang notabene adalah seorang lelaki selain juga bisa terpikat oleh personality dan inner beauty dari isterinya, stimulus visual juga tidak bisa diremehkan karena justru hal ini yang memberi kesan pertama bagi seorang suami (lelaki).

Sebagai refleksi dari kesetaraan gender, saya ingin mengetengahkan bahwa, yang perlu menjaga penampilan, baik fisik (outlook) maupun inner beauty tidak hanya untuk para isteri saja. Para suami juga memiliki kewajiban yang sama dalam hal ini, menurut saya. Tidak hanya isteri yang harus “menyenangkan suami”, tetapi suami juga harus “menyenangkan isteri”.

Siipp kan?”

(Foto narsis, berdaster, di rumah)

16 February 2009

...... (untitled)

Kalau kau ingin dicintai,
Jadilah orang yang pantas dicintai...

senyum bahagianya,
pengorbanan semua,
dan, saling doa

Apakah kita pantas untuk dicintai?

jangan berharap untuk dicintai,
bila kita belum melakukannya,
sepenuh hati, jiwa, dan raga..


10 February 2009

PONARI AND THE SORCERER'S STONE

Wah, terdengar seperti Harry Potter selintas.. Tidak di Inggris, tapi kali ini batu bertuah ini dimiliki oleh seorang bocah laki-laki berumur 10 tahun dari Jombang. Ya, Ponari. Hmm, lagi-lagi Jombang menjadi gempar setelah kasus Ryan.

Klo Harry Potter kan yang berhubungan sama petir yaitu bekas luka di dahinya yang berbentuk petir. Lha kalau si Ponari, maen-maen di deket petir, gak kenapa-napa dia.. Malah dapet bonus berupa batu bertuah pula. Katanya sih udah 3 kali coba dibuang, tapi tuh batu, balik lagi ke Ponari. Coba-coba batu dicelupin ke air trus diminum oleh anggota keluarganya sendiri, eh koq katanya keluhan-keluhan masalah kesehatan si peminum jadi hilang. Ngrasa sembuh gitu. Bahkan Ponari juga memijit pasiennya dengan air celupan batunya itu. Manjur pula katanya. Kalo batu bertuahnya Harry Potter kan bisa memperpanjang umur hingga ratusan tahun, nah kalo batunya Ponari, dipercaya bisa menyembuhkan penyakit dan masalah-masalah kesehatan. Dari situlah berita menyebar dari mulut ke mulut hingga semua orang berduyun-duyun pengen disembuhin Ponari dengan batunya itu, bahkan hingga menelan 2 korban saat mengantri pengobatan. Singkat cerita, Si Ponari mendadak jadi OKB. Karena menelan korban, kemarin sempat untuk sementara waktu praktek pengobatannya dihentikan. Tetapi menurut info yang saya dengar di berita TV, Senin ini, 9 februari 2009, praktek mulai dibuka lagi. Tetapi baru dibuka sebentar, praktek kembali ditutup karena lagi-lagi menelan korban tewas 2orang (Liputan 6 Siang, SCTV, 10 februari 2009).

Yang menjadi pertanyaan saya, apakah batu itu tetap (dianggap) sakti dan berkhasiat kalau yang menyelupkan, saya atau anda mungkin? Anehnya lagi ada jurnalis yang coba mengambil gambar Ponari, ibu dan tetangganya, tetapi si bocah koq gak ada gambarnya. Ada apa ini, ada apa?? Gak make sense ya?

Pernah saya lihat seorang ulama dari MUI Jombang, di TV, do’i bilang, hati-hati dengn fenomena Ponari ini. Bisa saja ini perbuatan setan yang ingin membuat manusia percaya pada selain Allah SWT. Percaya pada batu bahwa batu itu bisa menyembuhkan. Nah lo… Nyerempet dosa besar ini. Bisa kembali ke aliran Dinamisme ini kita.. Saya nyerah, gak bisa komen, saya hanya mengembalikan semua pada keyakinan kita masing-masing. Menurut keyakinan saya, apapun yang terjadi (dalam hal ini) sakit dan sembuh, adalah sepengetahuan dan seizin Allah SWT Sang Maha Kuasa.. Mending nonton, baca Harry Potter and The Sorcerer Stone lagi aja ahh.. Aman..

06 February 2009

Bibir kering dan Pecah-pecah

Bibir adalah salah satu pembentuk utama muka kita. Bibir yang sehat adalah bibir yang tidak kering dan pecah-pecah. Banyak hal yang menyebabkan bibir tampak kering dan pecah-pecah, hal ini tentusaja akan mengurangi kenyamanan dan penampilan (khususnya bagi kita para wanita). Berikut adalah beberapa hal yang bisa menyebabkan bibir kita kering dan pecah-pecah.

1. Polusi udara dan debu
2. Perubahan suhu yang dapat membuat bibir Anda tidak dapat beradaptasi sehingga menyebabkan bibir pecah
3. Makanan yang terlalu asam atau asin
4. Merokok, kebiasaan minum kopi atau minuman alkohol
5. Kurangnya konsumsi buah atau sayuran
6. Kurang minum air putih
7. Menggunakan kosmetik(terutama pada wanita) yang bahan kimianya terlalu keras atau karena alergi terhadap kosmetik tertentu
8. Pasta gigi yang mengandung banyak detergen
9. Kebiasaan menjilat bibir dengan air liur

Setelah tau apa penyebab bibir kita kering dan pecah-pecah, tentu saja kita harus berusaha menghindarinya. Pada intinya adalah kita harus selalu berusaha untuk hidup sehat, itu saja sudah otomatis bisa membuat kita prima, termasuk juga dengan urusan bibir pecah-pecah tadi otomatis bakal terselesaikan dengan sendirinya.

Jadi selamat menjalani hidup sehat dan dapatkan kualitas hidup prima.

Sumber dari sini.

01 February 2009

“Pengorbanan”


Manusia seringkali tidak merasa, sesuatu hal, aktivitas di satu atau bahkan beberapa bidang yang intens digeluti akan membuat kita “terasing” , “teralienasi” dari orang-orang terdekat kita yang kita kasihi. Meskipun di bidang yang digeluti kita juga memiliki banyak (sekali) mitra, partner, kawan, tetapi bisa saja di saat yang bersamaan kita malah terasing dari keluarg, saudara, pasangan/istri/suami dan bahkan anak-anak kita sendiri. Sungguh ironis memang.

Sadarkah?
Memang seringkali kita beralasan dan memiliki motivasi yang bermuara untuk membahagiakan keluarga, saudara, pasangan bahkan anak-anak (orang-orang yang kita kasihi). Memang mulia, luhur dan agung bila ditunjang dengan manajemen waktu dan kasih sayang yang baik. Tetapi apabila tidak? proses alienasi akan berlangsung terus disertai atau tanpa komplain dari orang-orang yang kita kasihi. Pemeliharaan hubungan dengan orang-orang terdekat sangat perlu, lewat komunikasi yang baik sehingga terjalin saling pengertian mengenai progress dan intensitas kerja kita dengan hubungan emosional satu sama lain.

Tulisan ini mungkin sedikit banyak berhubungan dengan posting saya yang lalu bekerja untuk hidup vs hidup untuk bekerja. Saat saya masih menjadi Kepala Bidang Administrasi Logistik Konvergas Komunitas PSPE FE Widya Mataram dan PT. Pertamina (Persero), saya juga merasa terasing dari keluarga dan tunangan saya sendiri. Pagi, siang, malam menyiapkan distribusi paket LPG 3Kg. Sampai-sampai saat saya pulang ke rumah, setelah membersihkan diri saya langsung tidur saking capeknya. Saya hampir tidak punya waktu untuk bercengkerama dengan keluarga saya sendiri, bahkan keponakan tersayang saya yang kadang menginap di rumah. Saya yang sangat perhatian dulunya dengan tunangan saya, setelah bekerja di Konvergas Komunitas, menurun standard perhatian saya padanya. Tetapi saya bersyukur dia sungguh bisa mengerti posisi saya. Semoga di kantor baru saya nanti, beban kerja saya bisa lebih ringan dari tempat bekerja sebelumnya sehingga saya bisa mendistibusikan waktu dan kasih sayang saya untuk orang-orang yang saya kasihi, karena merekalah sumber kebahagiaan saya.

Sebenarnya untuk apa sih kita bekerja? Ya, bekerja untuk mencari uang, mencukupi kebutuhan hidup pribadi, keluarga, pasangan, dll. Tetapi apa jadinya kalau kita memiliki banyak uang dan bisa mencukupi kebutuhan material keluarga tetapi tidak dengan kebutuhan afeksinya? Jangan berkata: “Kita tidak punya pilihan..” Karena sesungguhnya kita bisa memilih.

Seintens, seluas apapun bidang kerja, networks kita, sebanyak apapun relasi, kita sehingga kita perlu menjaga semuanya, janganlah kita dengan atau tanpa sengaja lupa akan apa yang menjadi motivator kita dalam bekerja selama ini. Jangan sampai karena sibuk menjaga hubungan dengan banyak relasi, kita lupa menjaga komunikasi dan kehangatan dengan keluarga dan orang-orang terkasih. Jangan sampai kita terambil dari kebahagiaan mereka. Jangan sampai kita terlewatkan atau melewatkan momen-momen penting dengan keluarga dan orang-orang terkasih kita. Jangan sampai…

Bisa saja kita menyebut hal ini sebagai pengorbanan. Pengorbanan kita demi kebahagiaan orang-orang yang kita kasihi juga. Kita berkorban untuk tidak bisa sering bertemu,berkumpul dengan mereka, demi mereka juga, motivator kita dalam bekerja. Tetapi, jangan sampai pengorbanan kita menjadikan kita sebagai korban. Karena toh, sesungguhnya, orang-orang yang kita kasihi juga telah memberikan pengorbanannya. Rela, ikhlas mencintai, mendoakan tanpa bisa sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Jadi, sekali waktu, hentikan pengorbanan satu sama lain, dan nikmati kasih sayang dan waktu luang yang membahagiakan bersama.

Mari kita manfaatkan waktu intim dengan keluarga&orang-orang terkasih kita dengan sebaik-baiknya. Yeah, untuk menyeimbangkan harmoni hidup kita. Bukankah jiwa yang bahagia dan sehat adalah jiwa yang penuh cinta, gairah dan energi? Gunakan waktu yang ada, buatlah menjadi berkualitas, ekspresikan cinta dan senyumlah bersama orang-orang yang kita kasihi. Hadirkan jiwa kita saat tubuh kita berada di tengah mereka.. Dan katakan: “Aku menyayangimu..”

 
blog design by suckmylolly.com

Template Modified and Brought to you by : AllBlogTools.com blogger templates